Tentang Cinta

CINTA hadir karena dari rasa yang selalu membuncah di dalam jiwa, yang tertanam di dalam hati dan bermain di dalam perasaan.. CINTA mempunyai makna yang terdalam karena terdapat di dalam lubuk hati yang paling dalam.. CINTA mempunyai berjuta-juta arti, bermakna luas, tergiur dalam alunan nada, berbaris puisi, terluah dalam goresan, bergelimang kata-kata mutiara dan hadirkan keindahan tersendiri.. CINTA tak habis-habisnya kalau kita ungkapkan semuanya, tapi siapakah yang tak butuh CINTA..? Hanya seseorang yang tak punya perasaanlah yang tak membutuhkan CINTA.. CINTA yang telah hadir dan bisa kita rasakan kedatangannya itu maka perjuangkanlah CINTAMU itu, selagi menurutmu itu mampu kamu perjuangkan... By: L-169

Sabtu, 21 Januari 2012

Harapan Seorang Perawan Tua

“Saya tidak menginginkan materi apapun
darimu. Bahkan misalnya kamu meminta
harta kepadaku, aku akan memberikannya
kepadamu, asalkan kamu mau menikah
denganku.”
Sebuah kata-kata yang aku tuturkan untuk menunjukkan impian, angan-
angan, dan harapanku yang sangat mendalam.
Ketika aku mencium aroma harum
perkawinan, darah pun mengucur deras
dengan mendidih oleh panasnya rasa
kerinduan, sehingga menimbulkan luka
yang amat perih.
Aku menginginkan kebahagiaan. Tetapi aku
tidak sanggup menggapainya, karena aku
masih tetap melajang. Ibuku bagaikan melarangku
keluar dari rumah. Sementara ayahku hanya
bisa diam saja membisu.
MasyaAllah! Lebih penting mana, haruskah putrimu di rumah terus agar keselamatan terus menjadi jaminannya tetapi hati putrimu menjerit
ataukah membebaskan putrimu dari
kekangan yang sangat menyiksa iini?”
Kehadiranku 24 jam di rumah memang dianggap
penting. Tetapi ia adalah masalah kedua,
karena masalah pertama ialah menikah.
Aku tidak habis pikir bagaimana
ayah dan ibuku bisa menganggap hal itu (kalau anaknya keluar rumah) di anggap
sebagai aib. Padahal sejatinya aku ini
justru sedang meniti yang halal dan
mengikuti sunah Nabiku Muhammmad
Shalllahu Alaihi wa Sallam.
Lalu bagaimana pandangan mereka jika aku
sampai meniti yang haram? Tentu mereka
akan membunuhku! Aku hanya bias
memohon kepada Allah keteguhan,
kesabaran, dan kelapangan. Itu hanyalah
sekedar impian kosong. Ya, impian indah
seorang gadis yang masih hidup melajang.
Tatapi bagiku itu adalah impian yang
sangat menyiksa. Sekarang ini, siapa gadis
yang hidupnya tidak merasa tersiksa jika
masih menjadi perawan tua yang telah
melewati masa2 mudanya?
Dengan pilu aku aku katakan terus terang,
bahwa orang sepertiku ini adalah laksana
seekor singa lapar yang sedang berada di
tengah hutan yang penuh dengan aneka
ragam makanan. Apa yang harus aku
lakukan wahai Tuhanku? Aku tahu,
sesungguhnya orang yang sedang
memegang agamanya ini adalah seperti
orang yang sedang memegang bara yang
sangat panas. Betapa orang akan sinis dan
kasihan mendengar sebutan perawan tua.
Berkali-kali aku ingin mengibarkan bendera
perkawinan setiap diundang menghadiri
acara walimah pengantin. Hatiku menjerit
pilu setiap kali menyaksikan mempelai
wanita dengan cantik mengenakan gaun
pengantin berwarna putih dan pemerah
pada sepasang pipinya. Perasaanku serasa
sedang diaduk-aduk dan bergejolak tak
menentu setiap melihat seorang wanita
yang sedang mengandung calon buah hati.
Dan hatiku terasa berdebar keras setiap
memandang anak-anak kecil sedang
bermain di depanku dengan lucunya.
Tetapi yang bisa aku lakukan hanya sekedar
menangis seraya membayangkan
seandainya aku punya kesempatan untuk
merasakan kebahagiaan-kebahagiaan itu.
Betapa pun aku adalah manusia. Sebagai
perawan tua aku masih punya harapan
suatu waktu akan menikah. Jika sedang
duduk di depan meja makan sendirian, aku
membayangkan alangkah indah dan
bahagianya jika ada lelaki pendamping
hidup yang menemaniku. Tetapi itu hanya
sekedar khayalan.
Aku mendengar kawanku memanggil
suaminya, lalu mengajaknya bercanda,
kemudian mereka pergi berjalan-jalan
berdua ke sebuah taman yang asri.
Ketika salah seorang dari mereka
memandangku, aku bersikap acuh dan tak
peduli dengan pura-pura menggosok mata
yang tidak apa apa. Padahal sejatinya di
dasar hati yang paling dalam aku ingin
seperti mereka. Bukankah aku ini juga
manusia yang punya impian-impian indah
seperti mereka?
Sangat boleh jadi mereka mengetahui apa
yang sedang aku pikirkan.
Aku mendengar temanku yang
sudah menikah suatu hari berkata
kepadaku, “Seandainya aku masih
menjadi seorang gadis
sepertimu……….sebab perkawinan itu
hanyalah tanggung jawab dan beban
penderitaan.”
Boleh saja ia mengaku tidak bahagia atas
perkawinannya dengan alasan karena
suaminya tidak menyenangkan, atau tidak
penuh perhatian dan alasan-alasan lain.
Tetapi seorang perawan tua sepertiku ini,
bagaimanapun juga tetap memimpikan
kehadiran seorang suami yang akan
memberikan rasa cinta kasih dan sayang
yang lembut, serta perhatian yang tulus
kepadaku.
Seandainya ada yang menanyakan kepada suatu pertanyaan seperti ini: Apakah cita-citamu selama ini dan apakah yang paling kamu harap-harapkan selama ini, mungkin jawabanku hanyalah:
Aku ingin menikah suatu hari dan mempunyai seorang anak.
Itu adalah impian terbesarku bagiku yang sudah menjadi seorang perawan tua, mungkin impian seperti itu adalah wajar untuk harapan menuju sebuah kebahagiaan.

By L-169

2 komentar:

  1. Salam kulaan...
    Cinta itu tidak bisa singgah jika tidak dicari..

    BalasHapus
  2. Dah berusaha lah mencari..
    Tengok sana sini..
    Mencari yang sehati..
    Tapi apalah daya..
    Rasa tak serupa..
    Akhirnya cuma berlinang air mata...
    Meratapi kesedihan yang tak kunjung ada akhirnya.....

    L-169

    BalasHapus