Tentang Cinta

CINTA hadir karena dari rasa yang selalu membuncah di dalam jiwa, yang tertanam di dalam hati dan bermain di dalam perasaan.. CINTA mempunyai makna yang terdalam karena terdapat di dalam lubuk hati yang paling dalam.. CINTA mempunyai berjuta-juta arti, bermakna luas, tergiur dalam alunan nada, berbaris puisi, terluah dalam goresan, bergelimang kata-kata mutiara dan hadirkan keindahan tersendiri.. CINTA tak habis-habisnya kalau kita ungkapkan semuanya, tapi siapakah yang tak butuh CINTA..? Hanya seseorang yang tak punya perasaanlah yang tak membutuhkan CINTA.. CINTA yang telah hadir dan bisa kita rasakan kedatangannya itu maka perjuangkanlah CINTAMU itu, selagi menurutmu itu mampu kamu perjuangkan... By: L-169

Mesin Waktu ( Masa Lalu )

Pagi yang cerah, aku duduk-duduk santai di teras depan rumahku, sambil melihat pemandangan disekelilingku dan mencium aroma bunga yang tumbuh subur di halaman rumahku, tiba-tiba ada Pak Pos berhenti di depan rumahku, sejenak aku kaget, lalu menghampiri Pak Pos tersebut.
" Bu, ini ada kiriman dari Jakarta." Kata Pak Pos sambil memberikan selembar kertas untuk di tanda tangani. " Terima kasih Bu. " Kata Pak Pos itu sambil menghidupkan kendaraannya. " Sama-sama. " jawabku disaat Pak Pos sudah mulai menjalankan mesin kendaraannya.
Apa ini, paketan berbungkus cukup besar, berukuran kurang lebih setengah meter. Bergegas aku bawa ke dalam rumah, terus aku lihat nama dan pengirimnya sepertinya aku mengenalnya, ini seperti kiriman hanya untukku saja, lalu akupun membawanya ke dalam kamarku.
Tertulis disitu namanya " Reza Calisto? " Tersentak kaget aku membaca nama itu, lalu aku tidak sabar lagi untuk membuka isi dari paketan itu.
" Hah, apa ini Jam?" jam yang bentuknya segi empat dan seperti sudah lama sekali, aneh lagi tanggal, bulan dan tahun dari jam itu menunjukkan waktu dari 15 tahun yang lalu. Ada juga kotak kecil yang berukuran kecil, dan di atasnya ada sepucuk surat. langsung saja aku buka isinya, dan langsung aku baca dibagian isi suratnya saja.
" Lia, ini jam untuk kamu, mungkin sudah kelihatan tua tapi ini adalah kenangan yang sangat berharga untuk aku berikan sama kamu, dan sebelumnya ada berita yang sangat mengejutkan, mama tiga bulan yang lalu meninggalkan kami semua, kami sangat sedih tapi disaat mama lagi sakit-sakitan, mama menitipkan kotak kecil ini untuk kamu, aku juga tidak tahu isinya apa."
Mama Reza telah meninggal..? Kenapa aku tidak diberi tahu sebelumnya, apa karena jarak yang berjauhan atau karena di antara kami semua sudah jarang berkomunikasi..? Mama Reza adalah ibu yang sangat baik sekali, dulu disaat Kami masih kecil, aku sering main ke rumah Reza dan aku sangat akrab sekali sama adiknya yang bernama Vina. Mamanya Reza selalu menyuguhi kami dengan makanan kecil, dan kami selalu rukun hampir tidak pernah saling berselisih paham, sudah seperti kakak beradik.
Pas ulang tahun Reza yang ke 15, memang tidak dirayakan, tapi yang hadir ada aku, Reza, Vina dan mamanya Reza.
" Itu ada selembar kertas kecil, tolong di isi sesuai keinginan kalian masing-masing." kata mama Reza, sebelum acara peniupan lilin dan acara makan-makan berakhir.
Aku lihat Vina sambil senyum-senyum menulis apa yang jadi keinginannya itu, tapi aku tidak terlalu memperhatikannya, perhatianku tertuju kepada Reza, yang seperti serius banget menulisnya dan disaat aku mau meliriknya, dia langsung menyembunyikan kertas tersebut. Aku pun tidak mau mengambil keputusan yang salah, lalu aku tulis saja, " Aku ingin menjadi sebagian dari keluarga ini. "
Mamanya Reza sambil tersenyum mengambil tiga kotak kecil sambil berkata " Setelah selesai menulisnya tolong di lipat yah dan dimasukkan kedalam kotak masing-masing, nanti kalau kalian sudah besar, kalian bisa membukanya kembali."
Tidak lama kemudian, acaranya pun selesai, mama Reza sibuk membereskan segala sesuatunya, Vina pun beranjak dari duduknya dan berjalan santai menuju ke depan rumah, lalu pas aku juga mau beranjak duduk, Reza yang sudah lebih dulu berjalan memberikan isyarat agar aku mengikutinya. Sampai di ruang belakang Reza seperti kelihatan sedih.
" Lia, 15 hari lagi, kami akan pindah ke Jakarta, Ayahku menyuruh kami untuk tinggal disana, Kami menetap di sana dan aku gak tahu kapan akan kembali lagi ke sini, aku mau kamu ikut bersama kami." Tersentak kaget, apakah aku harus kehilangan mereka sesaat lagi, padahal aku belum sempat mengungkapkan perasaanku sama Reza. Mataku berbinar-binar, aku ingin mencegahnya tapi itu tak mungkin, aku ingin ikut, itu juga tak mungkin karena disini aku masih punya ayah, ibu dan saudara-saudara sekandungku.
Tak mungkin aku meninggalkan mereka, tapi aku juga tak mau kehilangan Reza dan suatu hari nanti aku berharap mempunyai kesempatan mengungkapkan perasaanku.
Reza tahu kalau aku seperti tidak merelakannya, tangannya seperti ingin menggenggam tanganku dan aku hampir saja mau menangis. Terdengar ada bunyi langkah yang menuju tempat kami. " Dicari-cari ternyata kalian di sini, mama kira Lia sudah pulang, hari sudah mulai gelap nanti ayah dan ibumu mengkhawatirkanmu Lia ." Ternyata mama Reza yang menghampiri Kami, padahal masih banyak yang ingin aku bicarakan dan aku tanyakan sama Reza. Dan aku pun seperti menganggap bahwa kehadiran mama Reza itu mengganggu, oh tidak, aku tidak boleh berpikiran seperti itu, kehadiran mama Reza pada saat itu hanyalah tidak tepat saja dengan suasananya karena sangat disayangkan Reza belum sempat menggenggam tanganku dan akupun berpamitan pulang dengan sejuta sesal.
15 hari yang telah ditentukan, dari jendela kamar aku lihat, mama Reza, Vina dan Reza seperti sibuk memasukkan barang-barang ke dalam mobil dibantu oleh seorang sopir, karena rumah kami bersebelahan, mama Reza berpamitan kepada mama dan ayahku, sebelumnya mama memanggil aku dan memberitahukan bahwa keluarga Reza akan segera berangkat tapi aku malah tidak memperdulikannya dan mengunci pintu kamarku sendiri. Di balik jendela aku lihat Reza sedang menatap ke arah kamarku, aku tak kuasa menatapnya, aku hanya mampu bersembunyi di balik kaca jendela kamarku.
Akhirnya mobil itu berjalan, dan menghilang dari pandanganku. Ohh..inikah akhir dari semuanya, aku sangat sedih dan kesedihanku ini memang belum tepat untuk seumurku yang masih berumur 13 tahun.
Selama 2 jam aku berdiam diri di kamar, lalu aku ke luar, " Tadi Reza ada titip salam buat kamu, katanya dia mau pergi ke Jakarta menyusul Ayahnya yang kerja di sana." kata mama di saat aku berjalan melintas di ruang tamu, aku berhenti sejenak berharap ada kata-kata yang lain, tapi ternyata mama cuma mengatakan hal itu saja dan tidak ada pesan yang lainnya.
11 tahun kemudian, mamanya Reza menelpon, dan berharap aku segera datang ke Jakarta karena ada suatu pesta yang mengharuskan aku untuk datang. Kebetulan, aku juga tidak terlalu sibuk dengan kuliahku, jadi mungkin aku bisa datang.
Tiba di bandara, ada sesosok wanita centil dengan wajah yang sangat cantik dan rasa tidak asing lagi bagiku, dia pun tersenyum padaku. " Lia, ini kamu..? Wah cantik bangettt, padahal dulu orangnya paling males soal dandan, ha,, ha,, ha,,..!!" aku tahu itu Vina, seperti dia langsung mengenaliku, dan kelakuannya masih kaya dulu, agak centil, manja dan terkadang agak cerewet.
" Dasar kamu Vin dari dulu tingkah kamu tidak berubah tapi tumben pakai lipstik segala, sudah ada yang diperhatiin yachh..??" Kataku sambil mengikuti langkah Vina yang menuju ke mobil.
" Tahu aja, kan udah gede banyak yang naksir ha ha haaa...." Tertawa Vina terlihat manis sekali dan dia seperti bahagia sekali menyambut kedatanganku.
Setiba di depan rumah yang cukup besar dan terkesan mewah, Vina menarik tanganku untuk cepat-cepat masuk ke dalam rumahnya. " Nah di sinilah rumah kami. " dengan bangga Vina mengatakannya.
" Kok sepi " kataku sambil menyandarkan punggungku ke sandaran sofa.
" Oh ada mama kok, bentar aku panggilkan." Kata Vina sambil menuju ke ruangan lain. " Tapi kalaunya....?" belum sempat sepenuhnya aku berkata, tapi Vina-nya sudah menangkis pertanyaan ku itu. " Kalau Ka Reza lagi jalan ke luar ada yang di urusnya, kan pestanya tinggal 3 hari lagi. " aku cuma bisa jawab " Ohh. " dengan suara yang sangat pelan.
Dengan senyum yang merenyuhkan hati mama Reza memelukku menyambut kedatanganku, lalu datanglah seorang pembantu memberikan minuman dan makanan kecil. Mama Reza sedikit bercerita tentang kehidupan keluarganya selama 10 tahun ini, tapi mama Reza belum menceritakan sebenarnya 3 hari nanti itu akan ada pesta apa.
Tiga jam aku di rumah itu, dan aku baru saja selesai mandi, aku dengar ada suara mobil yang masuk ke halaman rumah.
" Nah itu pasti ka Reza. " sorak Vina sambil menarik tanganku menuju halaman rumah. Tersentak kaget aku, aku lihat tubuh yang ideal dangan wajah yang tampan, tersenyum manis ke arah kami tapi itu siapa, wanita cantik yang bersama Reza itu, mungkin kah..? Ah aku tidak berani melanjutkan pemikiranku, yang hanya membuatku terluka sendiri.
" Nah Lia itu Reza dan yang di sampingnya itu calon istrinya, tiga hari lagi akan di adakan pesta pertunangannya, makanya kamu di undang kesini, masa di hari yang sangat penting teman lama tidak diundang. " Mendengar semua itu, rasanya dunia ini mau kiamat, rasanya kehidupanku tidak berarti, pupus harapanku, padahal aku berharap dengan datangnya aku kesini, aku mempunyai kesempatan untuk mencurahkan perasaanku terhadap Reza." Dengan susah payah menahan genangan air mata agar tidak keluar, aku coba tersenyum agar mereka tidak curiga terhadapku.
Tiga hari di rumah itu, aku terkesan pendiam, dan aku hampir tidak pernah ada kedekatan dengan Reza, dan aku selalu menghindari Reza. Bagaimana pun juga, perasaanku untuk Reza adalah tulus untuk bersama-sama atau menjadi sebagian dari keluarga ini. Tapi ternyata keadaan tidak berpihak, aku pun tak mampu berbuat apa-apa.
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, dengan pesta yang cukup meriah, sebelum upacara pemasangan cincin dilakukan, aku bergegas pergi ke dapur, di sana aku tidak mampu lagi menahan gejolak hatiku, aku pun menangis, tidak ku sadari ternyata Reza sudah ada di dekatku.
" Kenapa menangis?" Reza menatapku dengan penuh heran.
" Tidak ada apa-apa tadi mataku kelilipan." Lalu Reza memelukku, dan mencium keningku. " Jangan bersedih..! " aku terdiam dengan perilaku Reza seperti itu, apa maksudnya perbuatannya itu, apa maksud perkataannya itu.
Aku sempat berhenti menangis, entah apa masih ada kata yang mau diucapkannya tapi ada orang yang memanggilnya agar segera kembali ke tempat pesta.
Aku berharap pesta ini batal, entah dari ke ajaiban atau karena ada sesuatu hal tapi ternyata pestanya berakhir tanpa ada gangguan. Karena aku lihat cincin putih yang melingkar di jari manis Reza sudah terpasang dengan baik.
Ke esokan harinya aku pamit pulang, mama Reza dan Vina menyuruhku agar menetap di sana dalam beberapa hari, tapi aku beralasan, karena banyak tugas kuliah yang harus aku kerjakan. Padahal alasan yang sebenarnya adalah karena aku tidak sanggup lagi melihat kemesraan Reza dangan calon istrinya itu dan aku kasini seperti membuatku sakit sendiri. Seperti menusuk duri dalam dagingku sendiri.